Breakingnews, Bandung – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia kembali menganugerahkan penghargaan Kalpataru Lestari tahun 2025 kepada para pejuang lingkungan yang telah menunjukkan komitmen berkelanjutan dalam menjaga kelestarian alam. Salah satu sosok inspiratif penerima penghargaan bergengsi ini adalah Oday Kodariyah (72), pendiri Yayasan KTO Sari Alam di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, yang akrab disapa Mamah Oday.
Penghargaan Kalpataru Lestari diberikan sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi jangka panjang para penerima Kalpataru sebelumnya. Mamah Oday sendiri sebelumnya telah menerima Kalpataru kategori Perintis Lingkungan pada tahun 2018 dari Presiden Joko Widodo atas upayanya mempertahankan sumber genetik tanaman obat melalui pelestarian sekitar 900 jenis tanaman obat di lahan miliknya seluas 4 hektare.
Ketua Yayasan KTO Sari Alam, Dr. Putu Suwantara, S.H., M.Kn., menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas penghargaan yang kembali diraih Mamah Oday. “Penghargaan Kalpataru Lestari tahun 2025 ini menjadi pengakuan penting atas semangat dan dedikasi Ibu Oday Kodariyah yang konsisten menjaga keanekaragaman hayati dan memajukan konservasi tanaman obat di Indonesia,” ujarnya.
Yayasan KTO Sari Alam yang didirikan oleh Mamah Oday telah berkembang menjadi Kawasan Konservasi Tanaman Obat dan Hutan Bambu, serta menjadi pusat pelatihan masyarakat yang dikenal sebagai Global Herbspreneur Academy. Lembaga ini lahir dari kemitraan bersama Yayasan Kehati dan telah tersertifikasi sebagai Pusat Pelatihan Pertanian oleh BBPP Lembang, Jawa Barat. Akademi ini kini dipimpin oleh Delvi Tri Apriantini, S.Farm., Apt., dan fokus pada pelatihan budidaya tanaman obat hingga produksi herbal klinis dan tradisional.
Mamah Oday sendiri bukan hanya seorang pegiat lingkungan, namun juga penyintas kanker. Didiagnosis pada usia 37 tahun pada 1991, ia mengalami kegagalan pengobatan medis konvensional. Berkat kegigihan dan pencarian terhadap solusi alami, ia menemukan kesembuhan melalui pemanfaatan tanaman obat tradisional. “Saya jatuh cinta dengan tanaman obat karena memang saya merasakan sendiri kesembuhannya. Sejak itu, saya hormat dan bersyukur bisa berbicara setiap saat dengan tanaman yang telah menyelamatkan hidup saya,” tutur Mamah Oday dalam Sarasehan 45 Tahun Kalpataru di Kuta, Bali, Kamis (4/6/2025).
Sejak itu, pengetahuan yang diperolehnya ia sebarkan melalui pelatihan dan edukasi masyarakat. Di lahan KTO Sari Alam yang kini berkembang menjadi 21 hektare, ia membina sekitar 900 anak sebagai Duta Tanaman Obat dalam upaya pencegahan dan pengobatan alami. Mamah Oday juga mengembangkan herbarium dan laboratorium herbal sebagai sarana riset dan pengobatan berbasis tanaman lokal.
Pengetahuan Mamah Oday mencakup berbagai tanaman unggulan seperti antanan atau pegagan (Centella asiatica) yang bermanfaat bagi kecerdasan otak karena kandungan asiatikositnya, hingga kiurat (Plantago major) yang mengandung aukubin untuk meredakan bengkak. “Banyak tanaman di sekitar kita yang menyimpan khasiat luar biasa. Kita hanya perlu menggali dan melestarikannya,” imbuhnya.
Penghargaan Kalpataru Lestari 2025 ini tidak hanya mengukuhkan peran Mamah Oday sebagai srikandi pelestari lingkungan, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang mengangkat kembali kearifan lokal dan potensi pengobatan tradisional Indonesia ke pentas global. tim/jp