Harga Membaik Gairahkan Petani Kopi Kintamani

Foto: Kadis PKP Bangli, I Wayan Sarma

BANGLI, Breaking-news.co.id | Harga kopi yang semakin membaik belakangan ini membuat petani kopi di Kintamani kian bergairah dan berminat untuk melakukan ekstensifikasi (memperluas penanaman) kopi.

Ketimbang sebelumnya saat harga kurang bersahabat, petani kopi cendrung mengesampingkan kopi dan mengutamakan bertanam jeruk.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (PKP) Kabupaten Bangli, I Wayan Sarma, Kamis (30/1) mengakui harga kopi kini terus membaik. Harga terkini untuk kopi gelondongan petik merah Rp. 16.500/kg.

Hal ini diakui menggairahkan petani dan meningkatkan minat petani untuk bertanam kopi lebih luas. Untuk meningkatkan populasi kopi petani melakukan penanaman kopi di sela-sela tanaman jeruk. Tanaman kopi sekarang disandingkan dengan jeruk, karena jeruk juga memiliki prosfek yang baik, bahkan menjadi primadona. Dengan penyandingan kopi dengan jeruk petani bakal aman. Karena salah satu komoditi bakal menemui harga tinggi.

Sarma mengatakan penyandingan tanaman kopi dengan jeruk akan menguntungkan. Sebab tanaman kopi memang butuh penaung ( perindang).

” Tanaman kopi butuh perindang. Kalau dulu pohon dapdap sebagai penaung kini petani memilih jeruk sebagai penaung, ini sangat menguntungkan karena keduanya berproduksi”, ujar pejabat asal Desa/ Kecamatan Tembuku ini.

Seiring harga kopi yang membaik, produksi kopi semakin juga meningkat. Data menunjukkan produksi kopi di Bangli kini mencapai 3.202,86 ton. Jumlah itu diakui meningkat dari sebelumnya. Secara kualitas juga meningkat, karena menurutnya kini petani senantiasa melakukan petik merah.

Petani kopi di Banjar Masem Budikarma, Kintamani, Siska Ery menuturkan harga kopi kini fantastis. Selain harganya yang membaik yakni Rp. 16.500/ kg, juga sangat mudah menjualnya. ” Kami ga susah- susah nyari pembeli. Pembeli yang masuk ke ladang mencari kopi petani”, ujarnya bangga. Terkait harga yang membaik, keluarganya pun tak mau kalah cepat, lalu memperbanyak tanam kopi. Dikatakannya kopi yang jenis pohonnya pendek, dan ditanaman di sela- sela jeruk.

” Kalau dulu saat harga kopi kurang bagus, petani memilih menanam tanaman lain di sela- sela jeruk” Ada yang tanam sayur, ada tanam bunga gumitir. Sekarang rata- rata petani tanam kopi di sela-sela jeruk”, imbuhnya.

Penyandingan tanaman ini lebih menguntungkan karena kedua komoditi tersebut berprospek baik. Prospek jeruk juga diakuinya baik karena kualitasnya yang mengalahkan jeruk daerah lain. “Hanya saja kini buah jeruk banyak rontok akibat kena hujan”, imbuhnya saat itu diamini Ketut Lingga, petani jeruk di Desa Bonyoh, Kintamani. (sum)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *