BANGLI, Breaking-news.co.id | Kasus matinya ikan di Danau Batur, Kintamani yang terjadi secara berulang mengundang keprihatinan bagi wakil rakyat.
Salah satunya, anggota DPRD Bangli, I Made Joko Armada menyampaikan keprihatinan tersebut. Kepada wartawan, Sabtu(18/7) mantan Komisioner KPU Bangli ini bukan hanya prihatin, namun mendesak pemerintah untuk melakukan kajian di balik kasus tersebut. Pasalnya penomena itu terjadi berulang- ulang, nyaris setiap tahun yang tentunya menjadi momok bagi pembudidaya ikan. Padahal budidaya ikan merupakan mata pencaharian bagi masyarakat sekitaran Danau Batur. Kematian ikan yang cukup signifikan Joko mengaku prihatin betapa pukulan berat bagi mereka.Sebab selain rugi secara finansial tentu juga korban waktu dan energi. Apalagi bagi mereka yang menjadikan budidaya ikan sebagai satu-satunya pilihan hidup mereka, maka kasus tersebut tersebut dirasa benar-benar serius yang patut segera mendapatkan perhatian pemerintah. ” Kami merasa prihatin terhadap keberadaan petani ikan di seputaran Danau Batur”, ujar politisi Partai Gerindra ini.
Joko Armada mendesak pemerintah untuk melakukan kajian faktor penyebab matinya ikan tersebut, meski dia menduga akibat aktivitas vulkanik Gunung Batur yang menyemburkan belerang yang meracuni ikan tersebut.
” Kami berharap pemerintah melakukan kajian, ini kasusnya berulang- ulang tak bisa dibiarkan, desaknya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan ( PKP) Kabupaten Bangli, Wayan Sama ketika diminta sikapnya soal desakan wakil rakyat tersebut, via ponselnya, Sabtu (18/7) mengatakan untuk hal tersebut karena Danau Batur menjadi kewenangan Pemprov Bali, pihaknya menyampaikan melaporkan kasus tersebut je Pemprov Bali. Menurutnya Pemprov Bali (dalam hal ini Brida Provinsi Bali) sedang melakukan kajian. ” Saat ini Brida Provinsi Bali sedang melakukan kajian terkait ikan red Devil termasuk faktor- faktor lainnya”, ujarnya singkat pejabat asal Desa Tembuku ini.
Seperti diberitakan sebelumnya, kasus kematian ikan di Danau Batur, sekitaran Desa Terunyan, terjadi secara besar-besaran sekitar 70 ton ikan mati, yang diduga akibat semburan belerang. Kerugian pun tak tanggung- tanggung mencapai sekitar Rp. 2,1 miliar dari 70 an ton yang dibudidaya dengan keramba jala apung ( KJA). Untuk diketahui bahwasannya rata- rata penduduk sekitaran Danau Batur menjadikan budidaya ikan sebagai andalan untuk menghidupi dapur sampai urusan lainnya. (Sum)