BANGLI, Breaking- news.co.id | Petani- petani di Bangli, terutama yang arealnya di hamparan wilayah alur sungai dan jurang tak henti- henti mengeluhkan serangan hama terhadap tanaman mereka.
Kera menggangu atau menyerang tanaman petani hingga terjadi gagal panen atau gagal produksi. Sebagian petani mencoba bertanam tanaman lain seperti albezia, kelapa dan sejenisnya justeru diserang juga oleh kera tersebut. Karena itu petani merasa kehilangan akal untuk menghindari serangan hama yang satu ini. Keluhan terhadap serangan hama tersebut muncul dari petani di Subak Tegalalang, Bangli, I Wayan Ramped.
Dia mengungkapkan bahwa serangan kera terhadap tanaman kacang tanah dan jagungnya sangat membuatnya kecewa.Intensitas serangan terjadi pada areal yang dekat sungai dan jurang. Saking mengganasnya serangan tersebut, sampai- sampai dirinya memilih tak bertanam apa- apa.
” Tiang biarkan tanah tak tanami apapun, teman saya menanam kelapa juga diobrak abriknya”, keluhnya petani yang punya areal dekat sungai ini, Kamis (9/1).
Serangan hama yang satu ini kian mengganas bahkan hingga menyebabkan gagal panen total. Karena itu Ramped mengalami kerugian besar, rugi dari pembelian benih, rabuk, korban waktu dan tenaga, tak kecuali ongkos traktor untuk bajak tanah.
“Lebih baik tidur, ngapain nguras keringat tak ada hasil”, keluhnya pasrah.
Keluhan serupa konon sudah menjadi lagu lama bagi Subak di Bangli.Konon menjadi keluhan yang tak kunjung mendapatkan solusi. Petani mencoba bertanam albezia dengan harapan tak diserang kera, namun diserang juga.
Kelihan Tempek di Subak Tegalalang, Bangli, Sang Ketut Rencana ketika ditanya soal serangan hama dia mengatakan kalau serangan hama kera sudah menjadi lagu lama bagi petani di wilayahnya. Sebagian areal pertaniannya berada di alur sungai yang nota bena rumahnya kera
” Rata- rata petani yang lahannya di alur sungai mengeluhkan serangan kera”, tegasnya.
Bahkan seiring populasinya yang terus bertambah, intensitas serangan juga diakui semakin meningkat dan merusak tanaman yang tidak bakal dimakannya.
“Iya, serangan itu sudah jadi hal klasik, dan sekarang bukan saja memakan kelapa, pisang, ketela pohon, durian. Namun padi, bahkan albezia pun dirusak, “ujar petani cabe yang juga wartawan ini.
Pihaknya mengaku dilema. Bila dibasmi salah, karena kera merupakan bagian dari ekosistem. Sekarang populasi kera semakin bertambah, seperti yang dipantaunya di alur sungai sebelah timur rumahnya (sungai Melangit).
Sementara ini jalan yang ditempuhnya yakni memaksimalkan upacara ngeredana (upaya niskala). ” Satu- satunya jalan ya ke jalan niskala”, imbuh Rencana.
Mengenai keluhan petani tersebut, anggota DPRD Bangli, Gusti Nyoman Triana Putra, ketika dimintai tanggapannya, Jumat(10/1) mengakui mendengar keluhan petani atas serangan kera terhadap tanaman mereka. Petani dihadapkan pada kondisi yang dilematis. Kalau meninggalkan profesi sepertinya salah, kalau menekuni profesi ada tantangan berat.
” Ya petani sekarang dituntut untuk berinovasi, “, ujar anggota DPRD Bangli dari Fraksi PDIP ini.
Politisi asal Bebalang yang mantan ajudan Bupati Bangli, I Made Gianyar ini berharap agar petani senantiasa bersinergi dengan pemerintah (dalam hal ini Dinas Pertanian) untuk dapat mencari solusi terbaik.
Dan kepada Dinas Pertanian dia berharap untuk tidak menyerah berkaitan serangan kera tersebut, namun terus mencari langkah terbaik untuk dapat menemukan format yang pas bagi petani yang wilayahnya terserang hama kera.
” Kalau membasmi kami tak sepakat, karena kera adalah bagian dari ekosistem, yang artinya mesti dijaga”, kilahnya. Kepada petani dia hanya bisa menawarkan untuk berjaga jaga secara gotong royong untuk meminimalisir serangan.
” Subak – subak di Banjar Tegal dan Suranadi juga mengeluhkan serangan monyet ini, ya bergotong royong saling menjaga tanaman”, tutupnya. ( sum)