Ditinggal di Gubuk Reot, Dua “Dadong” di Buleleng Hidup Sebatang Kara

Gubuk reot dan beratap bocor, Made Sih berteduh walaupun terkadang tetap harus basah kuyup saat musim hujan tiba. (Ist)

BULELENG, JARRAK POS – Keberadaan Nenek atau.”Dadong” Ketut Sukranis (65), lansia yang hidup sebatang kara tanpa anak, suami maupun keluarga untuk merawatnya. Dadong ranis (sebutan sehari-harinya) warga Banjar Dinas Kelod Kauh, Kecamatan Sukasada – Buleleng ini mengalami kebutaan sejak usia 2 bulan.

Untuk berteduh Dadong Ranis menempati rumah yang terbuat dari batu bata, berukuran 2×3 meter persegi dan berlantaikan tanah. Tidak cukup disitu, atap dapur yang digunakan untuk memasak dan memenuhi kebutuhan sehari-harinya pun nampak sudah mulai bocor.

Sedangkan usianya yang sudah lanjut membuatnya tidak mampu untuk berbuat banyak, yang mengakibatkan Dadong Ranis hanya mengandalkan belas kasihan dari warga lain untuk memenuhi kebutuhan makannya.

Terkadang untuk mengisi waktunya, Dadong Ranis beternak babi dan ayam yang ada di kamarnya, dan juga menjarit porosan (bahan sesajen) yang kemudian dijual kepada pembeli yang datang langsung ke rumahnya.
Hingga saat ini Dadong Ranis yang tergolong warga kurang mampu belum pernah menerima bantuan dari Pemerintah, lantaran terkendala administrasi kependudukan (tidak memiliki KK dan KTP).

Namun melihat kondisi Dadong Ranis yang seperti ini, Kepala Dusun setempat menggandeng komunitas sosial untuk menyalurkan bantuan sembako sebagai pemenuhan hidup sehari-harinya.

Kaur Perencanaan Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Putu Sedana yang ikut mendampingi membenarkan akan kondisi yang dialami Dadong Ranis. Dan pihaknya mengucapkan terimakasih atas bantuan yang diberikan oleh Gubernur Pastika melalui tim respon cepat dan berharap ada bantuan rehab untuk warganya ini.

Pada kesempatan yang sama tim respon cepat Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali  juga mengunjungi Made Sih warga miskin yang berasal dari Banjar Dinas Tenaon, Desa Alasangker – Buleleng. Sepanjang hidupnya setelah ditinggal meninggal oleh orangtuanya, Made Sih hidup sebatangkara diatas tanah milik Desa Adat dan memilih tidak menikah hingga saat ini.

Di dalam gubuknya yang reot dan beratap bocor, Made Sih berteduh walaupun terkadang tetap harus basah kuyup saat musim hujan tiba. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari Made Sih menjual pupuk dari kotoran sapi dan ngadas sapi (memelihara sapi milik oranglain).

Untuk meringankan beban hidup masing-masing dari warga miskin (Ketut Sukranis dan Made Sih) tim respon cepat Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi menyerahkan bantuan dari Gubernur Bali Made Mangku Pastika berupa sejumlah uang, dengan harapan bantuan tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari. mas/ama

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *