Laris Manis di TEI Jakarta: Kopi Kintamani Laris Manis, Produk Bambu Bangli Terkendala Kemasan

Bangli, Breaking-news.co.id | Keikutsertaan Industri Kecil Menengah (IKM) Kabupaten Bangli di ajang Trade Expo Indonesia (TEI) di Jakarta menunjukkan hasil yang memuaskan, terutama pada produk kopi. Namun, ada pekerjaan rumah besar untuk produk kerajinan, khususnya yang berbahan bambu, yang terkendala masalah kemasan (packaging).

Produk kopi biji (kopi beras) kemasan dari Kintamani dilaporkan mencatat transaksi yang cukup tinggi. Penjaga stan kopi, yang tidak disebutkan namanya, mengungkapkan antusiasme pembeli.

“Kopi kita amat laris, Pak. Hari ini malah tambah ramai peminat,” ujar penjaga stan tersebut pada Sabtu (18/10).

Meskipun laris, banyak calon pembeli dan buyer yang memberikan catatan penting mengenai kualitas rasa kopi yang dinilai “belum baik sekali.” Kualitas ini diperkirakan karena belum sepenuhnya petani menerapkan teknik petik merah (memanen hanya buah kopi yang matang) atau kurangnya kualitas pengeringan.

Kerajinan Bambu Terkendala Ukuran

Kontras dengan kopi, produk kerajinan bambu dari Bangli masih kalah laris. Hanya kerajinan lampu (koling) berukuran kecil yang banyak diminati. Produk lampu besar sebetulnya memiliki peluang pasar besar, tetapi dihadapkan kendala logistik.

“Banyak calon pembeli yang mengurungkan niatnya karena sulit membawa barangnya terlalu besar,” ungkap penjaga stan pameran kerajinan bambu.

Sementara itu, produk bambu yang secara konsisten laris dan tak pernah sepi peminat adalah sokasi (kotak penyimpanan tradisional) dengan berbagai motif, meski pasarnya masih didominasi lokal.

Evaluasi Kualitas Kopi dan Solusi Kemasan

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Kabupaten Bangli, Nasrudin, yang memantau langsung pameran, menyambut baik respons positif pasar dan berjanji akan segera mencari solusi atas kendala yang ditemukan.

Terkait kualitas kopi Kintamani, Nasrudin menyatakan akan mencari tahu faktor penyebab penurunan kualitas.

“Ya, yang kita dapatkan di pameran ini kita jadikan bahan evaluasi. Perlu duduk bersama antara petani, pebisnis, dan pemerintah untuk pembenahan ke depan, sehingga kopi Kintamani yang sudah punya branding dapat mempertahankan kualitasnya,” ujar mantan Sekwan dan mantan Kabag Hukum Setda Bangli ini.

Mengenai kendala packaging untuk produk lampu bambu berukuran besar, Nasrudin optimis masalah ini tidak akan menghambat peluang pasar yang sudah bagus.

“Kalau peluang pasar bagus, hal itu bukan menjadi persoalan. Banyak ada sektor jasa pengiriman barang. Dimungkinkan pihak kami akan bekerja sama dengan PT Pos dan Giro untuk packaging-nya. Selain PT Pos Giro, juga ada yang lain,” imbuhnya. (sum)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *