BANGLI, breaking-news.co.id | Suasana di Lembaga Pemasyarakatan ( Lapastik) Klas II B di Dusun Buungan, Desa Tiga, Susut, Bangli tampak penuh kreatifitas.
Warga binaan senantiasa aktif dalam aneka kegiatan seperti olahraga, melatih skil dan kegiatan sosial serta kerohanian. Karena sesuai dengan harapan Lapastik, agar warga binaan dapat kembali ke masyarakat dengan lebih baik dan dapat menjalani kehidupan yang lebih produktif.
Itu sebabnya Lapastik Klas II B di Buungan senantiasa mengasah keterampilan mereka disesuaikan dengan hobi dan bakat mereka. Kepala Lapastik Klas II B, di Buungan, M. Simbolon kepada awak media belum lama ini menuturkan bahwasannya warga binaan diasah keterampilannya dengan beraneka kegiatan. Mereka ada bercocok tanam sayur mayur, ada yang membuat tahu tempe ada juga ada yang menekuni bidang mekanik( otomotif). Simbolon mengatakan usaha tempe tahu yang dibuat warga binaan telah memiliki pasar yang jelas seperti Rumah Sakit Bangli Medical Centre( BMC).
“Tempe tahu yang diproduksi warga binaan di sini sudah menjadi langganan Rumah Sakit BMC”, ujar bapak asal Manado ( Sulawesi Utara) ini.
Pihaknya mengaku senantiasa membuat agar mereka punya banyak kegiatan, agar mereka larut dengan kegiatan postif dan menghindari hal negatif.
Dikatakan rasa kebersamaan mereka juga cukup bagus, tidak sampai ada perkelahian di antara mereka.
Untuk diketahui, jumlah warga binaan kini mencapai 1.013 orang. Dominan berasal dari luar Bali. Jumlah kamar 468 kamar. Dikatakan titik jenuhnya ada pada angka 700 hunian. Namun demikian menurutnya karena kondisi Bangli yang berhawa sejuk bahwa kalau sekamar dihuni berbanyak tidak masalah, justeru tidur menjadi hangat. “Kalau berbanyak di ruangan kan semakin hangat”, ujar lulusan S2 di Universitas Sam Ratulangi Sulawesi Utara tahun 2019.
Pejabat yang pindahan dari Lapas di Manado ini mengatakan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B di Dusun Buungan Desa Tiga, Susut, Kabupaten Bangli tempatnya sangat strategis. Jauh dari hiruk pikuk dan kebisingan. Suasana pedesaannya kental lagi- lagi udara segar. Masyarakatnya santun beretika dan ramah.
Itu sebabnya dipilihnya zona tersebut sebagai Lapas. Karena bebas dari hiruk pikuk kota, dimungkinkan menyulitkan para kurir untuk coba masuk ke Lapas ini. Mudah-mudahan tidak terjadi, sampai kini katanya Lapas ini nihil dari kedatangan tamu tak diundang ( kurir). ” Sementara bebas, saya katakan sementara ya”, ujarnya. (sum)