NEWS

Meeting Zoom Bersama Mendagri, Pj Gubernur Sulta Upayakan Pengendalian Inplasi

KENDARI, Jarrakpos.com – Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Komjen Pol (P) DR. (H.C) Andap Budhi Revianto, S.I.K.,M.H mengikuti rapat koordinasi pengendalian inflasi di daerah yang setiap minggunya melalui zoom meeting yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri RI) dilaksanakan di Ruang Pola Kantor Gubernur Sultra. Senin (11/9/2023).

Rakor secara virtual yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia dipimpin langsung oleh Mendagri RI Tito Karnavian, dan dihadiri sejumlah pejabat diantaranya Plt. Kepala Badan Pusat Statistik Amalia Adininggar Widyasanti, Sektretaris Utama Badan Pangan Nasional Sarwo Edhy, Kepala Divisi Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Epi sulandari, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Isy Karim, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan (PPHTP) Kementan Indah Sulistyo Rini, Wakasatgas Pangan Polri, Brigjen TNI Dr. Eko Nursanto, Para Forkopimda seluruh Indonesia, serta semua Stakeholder yang terkait pengendalian inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Turut hadir dari Jajaran Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara yakni Asisten II Sekda Sultra, Kepala BI Sultra, Kepala Badan Pusat Statistik Sultra, Kepala Bulog Sultra, Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi Keuangan dan Pembangunan Sultra, Kejati Sultra, Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Lingkup Pemprov, Karantina Pertanian Kendari serta Pejabat terkait.

Saat zoom meeting Mendagri RI Tito Karnavian mengungkapkan bahwa inflasi di Bulan Agustus tahun 2023 di banding Agustus tahun 2022 (year on year) diangka 3,27%, dari data Bulan Juli ke Agustus terjadi deflasi yaitu –0,02 % sehingga terjadi penurunan secara umum.

“Dan pada Bulan Desember tahun 2022 ke Bulan Agustus 2023 inflasinya 1,43%  artinya cukup terkendali dan ada beberapa komoditas yang menyumbang inflasi pada minggu yang lalu yakni beras, cabe rawit dan cabe merah. Dengan harapan dapat diimbangi dengan gerakan tanam di tiap-tiap daerah, terutama yang terjadi kenaikan harga cabe merah dan cabe rawit,” terang Mendagri.

“Kami melihat bahwa secara nasional jumlah kabupaten dan kota yang mengalami kenaikan IPH naik 22% dari minggu sebelumnya, sehingga sebagian besar kenaikan IPH terjadi di wilayah luar Jawa,” kata Amalia.

“Ada beberapa catatan penting yang menjadi perhatian kita komoditas penyumbang utama kenaikan IPH disejumlah kabupaten dan kota sampai dengan minggu pertama September 2023 ada tiga komoditas yaitu cabai merah, beras dan gula pasir. Ada kabar baiknya bawang merah, bawang putih dan telur ayam ras ini menjadi penyumbang utama penurunan IPH di sejumlah kabupaten dan kota di minggu pertama September,” sambungnya.

Lanjut Amalia, penurunan cabai merah ini sudah mulai menurun walaupun di level perbaikan penurunan dari harga cabai merah, harga beras dimohon perhatian komoditas beras masih tren meningkat sampai dengan minggu pertama Bulan September 2023.

“Jadi tren kenaikan harga beras ada kenaikan, perlu kita waspadai adalah perkembangan gula pasir di mana gula pasir kalau kita lihat secara historis tiga bulan terakhir ada trend kenaikan walaupun bertahap harga gula pasir cenderung merata di seluruh wilayah tidak terlalu besar bila kita bandingkan cabai merah dan cabai rawit. Dan kami selalu memonitoring harga pangan dan pasar yaitu gula pasir ditingkat global karena India merupakan sumber kedua import gula pasir kita setelah Thailand, kita akan memantau terus kebijakan mengenai gula pasir di pasar global,” tuturnya.

Pada September dan Oktober 2023, produksi, masih Amalia, beras nasional diperkirakan lebih rendah dari total kebutuhan konsumen beras yang mencapai 2,55 juta ton perbulan.

Pada kesempatan tersebut, Pj Gubernur Sultra Andap Budhi Revianto menyampaikan ada enam tantangan nasional pada tahun 2023 dan tahun 2024 mendatang yang berpotensi serta berdampak pada Provinsi Sultra yakni, pertama terus berkelanjutannya disrupsi logistic global sehingga sulit menekan inflasi nasional terutama di kelompok komoditas pangan, kedua perubahan iklim ekstrem termasuk El-nino berdampak pada semakin tingginya temperature dan kekeringan ekstrim menurunkan daya adaptabilitas dan produktivitas tanaman yang mengancam ketahanan pangan, ketiga muncul kepermukaan ketimpangan antar segmen ekonomi masyarakat yang tercermin dalam gini rasio.

“Dan keempat lunturnya kepedulian dan kohesi sosial yang sebelumnya cukup kuat pada saat pandemic covid-19, kelima menguatkan tuntutan masyarakat agar pemerintah dapat memberikan jaminan keamanan pangan, energy, air dan Kamtibmas dan kepastian hukum di tengah ketidakpastian global, serta yang ke enam tahapan Pemilu 2024 yang berpotensi kembali mempolitisasi masyarakat serta tantangan pasca Pemilu 2024 untuk mengembalikan trust terhadap pemerintah,” ungkap Pj Gubenur Sultra.

Lebih jauh Andap Budhi Revianto menjelaskan bahwa untuk kondisi inflasi Sultra per Agustus 2023 sebesar 3,52% YOY, diatas rata-rata nasional sebesar 3, 27% YOY. Namun secara month to month Sultra mengalami deflasi sebesar 0,12%.

Inflasi Sulawesi Tenggara dipantau dari 2 Kota yakni Kota Kendari sebesar 3,35% secara YOY dan Kota Baubau sebesar 4,11%  secara YOY. Dengan rata-rata harga pangan pokok dan strategis di tingkat konsumen sampai dengan tanggal 10 September 2023 cenderung fluktuatif dan ada beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga dibanding minggu lalu yakni beras premium naik sebesar 0,11%, beras medium 0,07%, telur ayam ras 0,01%, minyak goreng curah 1,01% dan ada juga yang mengalami penurunan harga seperti cabai rawit merah, bawang merah, cabai merah kriting,” pungkas Pj Gubernur Sultra. (Red).

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button