Sumatera Utara

2 x Direnovasi Oleh PTAR, Jembatan Gantung Pulo Goya Jadi Alternative Penghubung 3 Kecamatan

Tapsel, (JarrakPos) – Seperti diketahui, sungai Batangtoru telah menyimpan kenangan dan sejarah bagi para pendahulu kita baik segi penghasilan maupun sebagai akses lintas penghubung beberapa daerah.

Dalam sejarahnya sungai Batangtoru dijadikan sebagai lintasan ribuan perahu, bahkan orang Batangtoru yang hendak ke Singkuang dan Natal terlebih dahulu melintas menggunakan jalur sungai Batangtoru, seiring perkembangan zaman tradisi penggunaan perahu sebagai alat transfortasipun semakin hilang digantikan oleh alat transfortasi darat .
Namun untuk menghubungkan 2 daerah yang berseberangan dengan sungai Batangtoru, tentu dibutuhkan jembatan agar transportasi darat tersebut bisa melintasi sungai.

Terkhusus penghubung desa Bandar Hapinis dengan desa sungai Batangtoru, mulailah dibangun jembatan gantung.

Menurut Sapar Hasibuan yang merupakan warga Bandar Hapinis, awal mula jembatan gantung ini dibangun pada tahun 70-an kemudian tahun 1984 jembatan ini dipindahkan 500 meter ke hulu sungai. Seiring dengan gerusan bantaran sungai yang makin melebar membuat jembatan gantung ini ambruk. Sehingga pemerintah kabupaten Tapanuli Selatan memindahkan abudment jembatan ke daratan dan memperpanjang jembatan menjadi 153,5 meter yang membuat jembatan ini menjadi jembatan gantung terpanjang di kabupaten Tapanuli Selatan.

Pada tahun 2013 masyarakat membuat usulan ke PTAR untuk melakukan rehab total dikarenakan kondisinya tidak memungkinkan lagi untuk dilalui orang.
Pada tahun 2022, PTAR kembali melakukan renovasi dan tetap bekerjasama dengan Dinas PU Tapsel. Kerjasama tersebut dimana PTAR menyediakan dana dan kontraktor lokal sedangkan Dinas PU sebagai tehnisi dan pengawas pekerjaan.
Perubahan dari sebelumnya, Jembatan Gantung ini kini lebih banyak dimanfaatkan orang terutama bagi petani yang melansir hasil buminya, kemudian anak sekolah dari beberapa desa di seberang sungai seperti desa Bandar Tarutung, Benteng, dan beberapa desa di kecamatan Angkola Sangkunur tidak lagi melintas dari desa Hapesong, kini menggunakan jembatan ini untuk mempersingkat jarak tempuh dari desa mereka menuju sekolah yang berada di Batangtoru.

Sedangkan dari segi dimensi, lebarnya bertambah dari 1 meter menjadi 2 meter, namun menurut Sapar Hasibuan, meski jembatan ini bisa dilalui Beca, tapi masyarakat tidak mengizinkan Beca melintas dari jembatan ini dengan alasan untuk perawatan agar jembatan ini dapat bertahan lama.

Jembatan Pulo Goya ini kini jadi penghubung 3 kecamatan yang ada di sekitarnya seperti Kec. Muara Batangtoru, Kec. Angkola Sangkunur dan Kec. Batangtoru. Arus lali lintas warga dalam per harinya mencapai sekitar 500 kenderaan.

Kondisi sebelumnya, masyarakat banyak yang takut melintas dikarenakan ketinggian, kabel Sling yang miring, lantai jembatan yang berlobang dan bahkan tak jarang yang jatuh ke sungai , namun dengan dilakukannya rehab total menggunakan perhitungan kontruksi untuk kenyamanan dan keselamatan sehingga jembatan ini banyak dimanfaatkan oleh banyak orang, jelas Sapar.

Untuk memperpanjang usia jembatan, Sapar Hasibuan masih berharap kepada PTAR agar dibangun Krib pemecah arus sungai bertujuan sebagai pengaman pondasi atau abudment jembatan gantung tersebut. *(Ali Imran).

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button